Powered by Blogger.
RSS

Brilliant Legacy episode 20

(khusus buat yang ga sabar kelanjutannya... aku baru liat yang raw soalnya, ntar sambil jalan bisa diperbaiki/dilengkapi)

Eun Sung membawa koper dan tasnya meninggalkan rumah nenek . Dia sampai di pintu gerbang, menengok rumah besar itu dengan perasaan sedih, dan kemuadian memantapkan hati untuk pergi.
Di dalam rumah Oh Young Ran terus nyerocos karena kesal terhadap Eun Sung, dia tentu percaya kepada perkataan Sung Hee. Nenek hanya diam menunduk, sepertinya nenek syok. Pyo menuntun nenek ke kamar. Hwan pusing dia berusaha mencerna sesuatu yang terjadi begitu mengagetkan dan cepat. Akhirnya dia lari keluar mengejar Eun Sung. Hwan menangkap tangan Eun SUng.

"Mengapa kamu diam saja tak membela diri. Jika kau tak berkata apa-apa kau bisa dianggap salah!"
"Jika aku berkata sesuatu apa semua akan percaya?!"
Eun Sung bersikukuh  pergi, meninggalkan hwan sendiri mematung di pinggir jalan.

Eun Sung naik bis. Di dalam bis dia masih syok mengingat kejadian barusan. Dia tak percaya ibu tirinya bisa memutarbalikan fakta. Eun Sung menuju ke Bu Am Dong lagi, bermalam bersama Hyeri.

Hwan kembali ke rumah dia terduduk di tangga teras, pusing memikirkan persoalan Eun SUng.

Pagi hari ketika bangun Jun SE dan Hyeri sudah berada di samping Eun Sung. beruntung Eun sung punya dua orang sahabat yang mendukung dan percaya padanya. Dengan background pendidikan hukum, Jun Se mau mengurus secara hukum untuk melawan Sung Hee dalam kasus warisan ayahnya. Eun SUng membuat surat pengunduran dirinya untuk nenek. Ketika akan pergi dia sadar kalungnya hilang (kalung yang sama dengan Eun Woo peninggalan ibunya)

Hwan pagi-pagi merasa kesepian, tidak ada EunSung di meja makan. Juga dia terpaku memandang sepeda Eun Sung yang terparkir di teras. Hwan melamun sambil memegangi sepeda itu. Di restoran Hwan juga kesepian. Dia naik ke atas dan melihat bangku taman yang kosong. Dia ingat Eun Sung pernah tertidur di sana. Hwan merasa hampa, dia duduk dan akhirnya berbaring di bangku itu (yang gini ni namanya kasuat-suat).

Eun Sung ke kantor JinSung dan menyerahkan sura pengunduran dirinya pada nenek. Eh dia malah dimarahi nenek.
"Kau sudah membuatku malu dan sekarang mau pergi begitu saja!. Paling tidak kau buktikan kemampuanmu dulu menaiikan penjualan di cabang ke 2"
nenek merobek surat Eun SUng menjadi dua. Di kantor Jin SUng dia bertemu dan berbicara dengan Seung Mi. Eun SUng kali ini marah pada Seung Mi, dia tak menyangka Seung Mi bisa setega itu terhadap dirinya.
"Jangan salahkan aku jika Hwan suka dan lebih percaya padaku! apa dia telah melamarmu?", ancam Eun Sung.

Seung Mi menunggu Hwan yang sedang mengurus promosi. Dia berbicara dengan hwan di cafe. Seung Mi berusaha meyakinkan Hwan. Tetapi rupanya Hwan tidak mudah dipengaruhi dia berusaha berpikir logis dan mencerna masalah itu sendiri.
"Aku beberapa waktu ini bersama Eun Sung dan aku tidak menganggap dia orang yang bisa berbohong", kata hwan.

Hwan ada di bar dan menemui Eun Woo di depan piano. Dia curhat masalah "Spy" dia bingung harus percaya kata orang atau percaya pada kata hatinya bahwa  "Spy" orang baik. Eun Woo mendukung spy, dia menjawab dengan memainkan nada pianonya. (Aku bingung sebenernya eun woo itu ngerti gitu masalahnya dan sadar jawabannya, ini hanya kebetulan, atau hwan saking  putus asanya iseng2 aja nanya sama Eun Woo).

Eun Sung menuju ke restoran dia melihat bayangan hwan di atas dari balik jendela. Hwan pun melihat Eun Sung. Dia terkejut dan juga senang. Eun Sung memberi salam pada manager. Dia mengajak Hwan berbicara di atas. Eun Sung berkata nenek masih memintanya kerja di restoran.
Tiba-tiba Eun Sung menanyakan tentang kalung nya yang hilang pada Hwan. Hwan tentu tidak memperhatikannya. (hwan ini tadi kesepian, sekararang ada orangnya dicuekin).

Di halte, Hwan mengembalikan uang Eun Sung, dia baru saja gajian.
Eun Sung menyarankan Hwan membeli hadiah untuk nenek. Hwan mengajak Eun Sung membeli barang untuk nenek. Mereka terlihat santai jalan berdua sambil makan eskrim dan melihat-lihat pajangan. Hwan terpaku melihat seuntai kalung  hati di etalase toko. Tapi Eun sung tiba-tiba berkomentar hadiah itu terlalu mahal dan tidak berkesan untuk nenek. (emang itu kalung direncanain buat nenek hehe). Eun sung mengajaknya ke toko pakaian. Hwan tadinya akan membelikan mawar untu nenek tetapi Eun Sung tahu  bunga kesukaan nenek, dia memilihkannya untuk Hwan. Setelah belanja usai, hwan berusaha mentraktir Eun sung, tapi Eun sung ragu dan memilih pulang.

Sampai di rumah Hwan menyerahkan rangkaian bunga untuk nenek, juga pakaian untuk nenek dan ibunya. Nenek begitu terharu matanya berkaca-kaca diberi kado oleh cucu tercinta, dia memandangi bunga kesayangannya. Di kamar dia mencoba baju dari Hwan, nenek tampak senang sekali.
Hwan mencari kalung Eun Sung, di kamar mandi dan di lantai 2 tetapi tidak menemukannya. Dia tanya ke ibunya pun tidak tahu. Hwan langsung lari ke toko kalung itu, dia memaksa masuk walau toko sudah mau tutup. (he starts falling in love)
Di rumah dia ingin bicara pribadi dengan Pyo, tapi Pyo sedang sibuk di dapur bersama ibunya. Hwan terburu-buru, dia menelepon hp Pyo dari teras. Pyo bisa diajak berpura-pura menerima telepon dari orang lain. (Nyonya Oh sampai mengira itu telepon mungkin dari teman wanita Pyo).
"Kamu tau khan alamat Eun Sung?", tanya Hwan
Hwan tak sabar ingin menyerahkan kalung itu sambil mengantarkan sepeda Eun Sung. Hwan menaiki sepeda itu , lalu menggotong sepeda itu menaiki tangga yang menuju rumah Eun Sung. Dia diam-diam masuk ke halaman rumah, meninggalkan sepeda dan kalungnya di sana, lalu segera pergi.

Eun Sung dan Hye ri keluar rumah. Eun Sung heran melihat ada sepedanya di halaman. Hyeri melihat kartu ucapan, Eun Sung melihat ada seuntai kalung di pegangan sepeda. Kalung hati, dia ingat kalung itu. Kartu ucapan dibuka
"Memang seorang gadis hanya punya 1 untai kalung saja?"
Eun Sug tahu pasti hadiah itu dari Hwan. Dia begitu terharu. Sampai di kamar Eun sung menangis. Eun Sung dilema antara bahagia tapi sebenarnya tidak tega untuk memiliki. (mungkin masih krn Seung Mi).
Hyeri memarahi Eun Sung. Dia tidak ingin Eun Sung menderita karena Hwan.

Pagi hari Eun SUng menyamakan tulisan Hwan dengan kartu saran sesama karyawan dulu yang membuatnya penasaran. Ternyata tulisan Hwan mirip dengan kartu yang bertuliskan "Aku ingin mempercayaimu"
Eun Sung terharu tapi juga sedih, saat ini banyak orang yang tidak mempercayainya. Dan dia ingat Hwan lah yang sempat mengejarnya ketika dia baru pergi dari rumah nenek. Eun Sung menangis tersedu-sedu. (cinta yang ingin dipendam bisa membuat orang jadi begitu sedih)

Eun Sung akhirnya pergi ke restoran dengan wajah seolah-olah ceria tidak terjadi apa-apa.
Hwan melirik Eun Sung, dia kecewa karena tidak ada seutas kalung di leher Eun Sung. Dia pergi dengan Hwan untuk menandatangani kontrak dengan gereja. Mereka berdua lega dan senang karena akhirnya usaha mereka berhasil. Eun Sung ingin bertemu Hwan, dia mengajak Hwan dengan alasan merayakan keberhasilan mereka. Mereka pergi ke restoran korea, makan juga memesan soju. Eun Sung mengambil segelas kecil soju, dan mendetingkan gelas itu ke gelas Hwan, lalu langsung meminumnya. Hwan terkejut.
"Apa kau sanggup minum?"
"Tentu, aku khan anak ayahku!" ("anak ayahku" ini kata-kata khas EunSung)
Hwan juga tiba-tiba teringat ayahnya
"Ayahku juga pintar minum...", katanya lirih

Eun Sung mengeluarkan kalung hati. Dia menyerahkan kalung itu kembali kepada Hwan. Hwan kecewa.
"Kita tidak akan bersama...", kata Eun Sung

Eun Sung pulang. Hwan terus minum soju sampai mabuk di restoran itu. Hwan menangis memandangi kalung itu. Hwan seharusnya ada janji dengan Seung Mi. Seung Mi menunggunya dengan penuh harap.

Eun Sung berjalan gontai pulang ke rumah. Rasanya dia tak sanggup tegak berjalan. Dia berjalan memegang tembok dengan sebelah tangannya. Akhirnya dia berhenti merebahkan punggungnya ke tembok pinggir jalan. Dia lalu terduduk dan menangis.

Seung Mi cemas karena Hwan tidak juga datang.
Di rumah Eun Sung meremas kartu ucapan Hwan dan melemparnya. Tapi dia ternyata tak tega. dia mengambilnya lagi, merapikannya lagi dan menaruhnya di buku agendanya.
Dia berusaha tidur.
Tiba-tiba...
"Bang...bang...bang....", seseorang menggedor pintu rumahnya (bunyinya bukan tok..tok..tok karena pintunya bukan dari kayu tapi dari logam). Eun Sung terperanjat.
"Go Eun Sung! Go Eun Sung!", teriak Hwan.
Eun Sung bangun membuka pintu. Kaget melihat hwan dalam keadaan mabuk. Hwan tiba-tiba menorobos masuk dan rubuh. Mereka berdua jatuh ke lantai.
Hwan mendarat tepat di atas muka Eun Sung.

(dialog diterjemahkan dari thundie.wordpress.com)

< Episode 19                                         episode 21 >

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment