Powered by Blogger.
RSS

Chuno (Slave Hunter) episode 22

Lee Dae Gil, Song Tae Ha dan Hwang Chul Wong kembali menuju Hanyang (Seoul)

Di. Gn, Worak Choi bercerita pada Wang Son bahwa Dae Gil pergi bersama Tae Ha
"Bukankah kita dan Tae Ha itu dulunya musuh?", wang Son heran
"Dae Gil tidak kuat jika dia harus tiap hari melihat Un Nyun di sini", kata Choi "Dia lebih baik membantu Tae Ha menyediakan tempat berlindung untuk mereka agar mereka tidak perlu lari terus", tambah Choi
"Memang wanita di dunia ini hanya Un Nyun, dia khan sudah milik orang lain", wang son tak mengerti jalan pikiran Dae Gil (setia banget ni Dae Gil ya)

Pasukan utusan Cina mulai menyelinap ke Gn. Worak. Mereka berniat menculik pangeran Won Son untuk dibawa ke Cina. Seol Hwa kebetulan ingin menjenguk Un Nyun. Dia melihat sekelompok orang yang mencurigakan akan masuk ke kamar Un Nyun.

Dia lalu lapor dan datang membawa Jjagwi.
Un Nyun sedang membacakan cerita sejarah orang tuanya yang ditulis Tae Ha untuk pangeran Won Son. Ternyata ibu kandung Won Son banyak berjasa ketika di Cina. Dia berjualan dan keuntungannya dipakai untuk membebaskan budak asal Joseon di Cina.

Lalu pasukan Cina diam-diam masuk ke kamar Un Nyun, dia langsung membekap Un Nyun. Un Nyun lalu dipukul sampai pingsan.

Jjagwi dan anak buahnya mencegat orang-orang Cina yang hendak keluar membawa pangeran kecil. Jjagwi menantang pemimpin kelompoknya untuk berduel. mereka setuju berduel. Jjagwi berhasil melumpuhkannya.
Jjagwi dan Choi lalu menanyai tapi orang itu tetap bungkam. Jjagwi lalu menghajarnya.


Tae Ha dan Dae Gil telah tiba di Hanyang. Mereka sembunyi dan bertahan di hutan. Tae Ha berkata pada Dae Gil bahwa dia ada orang yang akan dihubunginya lagi. Orang berpengaruh yang dia percaya. Dae Gil sempat tertawa menurut dia rasanya orang-orang bangsawan tak ada lagi yang bisa dipercaya.
 
"Aku pernah bersamanya di Cina, dia pengeran ke 2 saya tahu bahwa dia orang yang punya prinsip", kata Tae Ha.
Dia ingin Dae Gil menyampaikan pesan rahasia padanya
"Jika nanti ada jebakan?"
"Berarti tidak ada lagi yang bisa diharapkan di Joseon". kata Taeha


Di rumah majikannya majikannya Chopbok sedang bersedih. Dia tidak bersedia untuk dijual atau ditukar dan disuruh menikah. Para budak lain menghiburnya bahwa jalan hidup sebagai wanita budak itu yang lebih baik. sebagai budak mereka tidak bisa menolak. Chopbok ingin memberitahu Eopbok tapi rupanya Eopbok kurang tanggap bahwa chopbok punya masalah besar.

Raja memutuskan bahwa dia tidak lagi mentolerir wacananya pangeran Won Son lagi. Raja lalu menemui pangeran ke duanya yang sekarang menjadi putra mahkota. Dia berbicara putusannya pada pangeran. Raja tau bahwa pangeran masih bersimpati pada keponakan kecilnya. Yang Mulia meminta anaknya tidak menyebutkan soal dia lagi.
"Membahasnya bisa dibilang pengkhianatan. walau kamu bersimpati padanya, tapi bagi anggota kerajaan simpati bisa menimbulkan pertumpahan darah", kata Raja

Un Nyun menemui pasukan dari cina yang diawan Jjagwi. Dia akhirnya tahu bahwa mereka dari cina dan mengenal suaminya saat suaminya dulu di negeri Cina.
"Apa kau tahu dia ini pangeran Won Son? kau mau mengambilnya ya?", desak un Nyun
"Apa menurutmu pangeran akan tetap bisa hidup jika tetap di joseon", kata orang Cina itu
"lebih baik kau dan dia ikut kami ke Cina"
Un Nyun & Tawanan Cina

Dae Gil telah kembali dari kota. dia membawa makanan dan arak dan menawarkannya pada Tae Ha. Dae Gil berkata dia telah mengirim pesan rahasia itu. Tae Ha ingat perkataan Dae Gil bahwa dia bisa terus hidup asalkan cukup ada 1 alasan untuk dia tetap hidup.
"Aku banyak hidup di peperangan, dalam perang jika kita tidak mampu bertahan kita bisa siap berperang sampai mati. tapi sekarang walau sepertinya aku tak mampu berjuang lagi aku tidak boleh mati (karena  punya un nyun dan pangeran). bertahan hidup rasanya lebih sulit daripada mati", kata Tae Ha
Dia meminta Tae Ha jangan berpikir muluk-muluk asalkan bisa hidup aman dan bahagia dengan keluarga sudah cukup. Dae Gil sekarang sering menyebut Tae Ha dengan sebutan Bangsawan Budak atau Tuan Budak (hehe...ya bangsawan ya secara resmi juga budak)
"Bukankah kau dulu juga punya mimpi ingin dunia yang tanpa perbedaan status sehingga kau bisa hidup berbahagia dengan istrimu nanti"
Dae Gil hanya tersenyum kecut , tanpa Un Nyun rasanya mimpi itu pun jadi sirna.


Seol Hwa menemui Un Nyun, dia juga membawa rebabnya. Dia lalu menghibur pangeran kecil dengan permainan unik mengenal bunyi-bunyian. Seol hwa menyukain pangeran, dia ingin punya lima anak seperti pangeran. Seol hwa berkata bahwa Dae Gil tidak terlihat dari kemaren. dia mengira dae gil juga pergi bersama Song Tae Ha

"Jika mereka menghilang di waktu yang sama, memang mungkin mereka pergi berdua", kata Un Nyun
"Tidak akan terjadi apa-apakah. aku takut mereka saling bunuh", Seol hwa khawatir.
"Dulu sepertinya mereka salah paham, tapi sepertinya sekarang sudah clear. Kamu tidak perlu terlalu khawatir", kata Un Nyun.
Seol Hwa belajar kanji sedikit-sedikit dari Un Nyun. Dia belajar juga belajar kanji Dae Gil.  Seol hwa lalu menjahitkan kanji "Dae Gil" di baju yang sedang ia buat untuk Dae Gil.

Geun Bo mengumpulkan para budak dari berbagai tempat di hutan. Sebelumnya dia juga mengejar dan membunuh budak yang dia curigai berkhianat dan menyelewengkan uang teman2nya (budakini juga yang pernah jadi calo dan memeras Eopbok waktu dia berusaha kabur)
Geun Bo datang dia memberi semangat kepada budak-budak yang akan ikut menyerang kantor pemerintah.

Putra Mahkota telah menerima dan memecahkan pesan rahasia dari Song Tae Ha.
Putra Mahkota baru keren juga hehe...
Malam itu dia merenung di kamarnya. Dia lalu memutuskan untuk pergi malam itu. malam itu Putra Mahkota (paman pangeran won son) bersama-sama anak buahnya dengan menyamar sebagai bangsawan biasa keluar istana.
Pergerakan putra mahkota diamati oleh anak buah Hwang Chul Woong. Hwang Chul Wool pernah lama bersama Song Tae Ha, dia bisa memperkirakan langkah yang akan diambil Tae Ha. Dia membawa orang-orangnya mengikuti putra mahkota.

Putra mahkota diam-diam menyelinap meninggalkan rombongannya dan pergi menemui Song Tae Ha. Song Tae Ha dan Lee Dae Gil sudah menunggu di tempat yang dijanjikan. Mereka lalu bertemu di jalan. Song Tae Ha memberi hormat secara resmi pada putra mahkota. Dae Gil cuma mengangguk saja, dia tidak percaya dia bertemu calon raja (hehe). dia lalu memeprkenalkan diri sebagai slave hunter ke satu di Joseon. Song Tae Ha
lalu berbicara dengaa putra mahkota, Dae Gil berjaga-jaga.
Song Tae Ha meminta tolong perihal pangeran Won Son.
"Apa kau berencana menaikkan dia ke tahta?", tanya putra mahkota
"Benar", jawab Tae Ha jujur.
"Kau akan menyingkirkanku dari naik tahta dan minta aku menolongmu? Apa kau ini tidak gila?!", putra mahkota heran menganggap Tae Ha terlalu nekad padanya.
Tae Ha menganggap putra mahkota sekrang tidak benar-benar berambisi mengambil "jatah" orang lain.
"Aku tidak bisa menolongmu juga tidak bisa membunuhmu"
 "Tapi dia itu idak punya orang tua, tidak punya siapa-siapa dan Anda adalah pamannya", desak Tae ha
Putra mahkota kesal dan frustasi, dia tidak mau didesak (dia juga ga bisa apa-apa).
"Kau pergi saja dari Joseon. Menyebutkan namanya di Joseon dianggap akan melakukan makar", kata putra mahkota

Hwang Chul Woong sudah bersembunyi di dekat situ. Dia memanggil pasukan tambahan dan berniat menyerang saat putra mahkota sudah pergi. Dae Gil curiga mereka diawasi dia berjalan mendekati tempat persembunyian Hwang Chul woong.

Pada saat yang sama, para budak sudah berkumpul di kantor pajak(gudang persediaan beras) untuk melakukan penyerangan. Eopbok kali ini tiidak memberitahukan rencana penyerangan mereka ini pada Chopbok, dia tidak mau chopbok kena resiko besar.Geun Bo dan budak yang mahir berpedang maju dan langsung masuk menyerang. Eop bok dan para budak yang bersenjata memback up dari belakang.  Pertempuran seru berlangsung antar budak dan para penjaga kantor pemerintah itu.
Mereka juga membakar gudang-gudang di sana.

Dae Gil masih berjaga-jaga instingnya mengatakan ada bahaya di dekatnya. Saat putra mahkota pergi dia berteriak memberi peringatan  tanda bahaya pada Song Tae Ha. Hwang Chul Woong pun langsung keluar menyerang. Tapi mereka berdua juga sudah cukup siap. PErtarungan berlangsung seru. Kali ini Tae Ha dan Dae Gil saling bahu membahu menghadapi serangan dari Chul woong beserta oprang-orangnya.

Tiba-tiba ledakan terjadi dari arah kantor pemerintah yang diserang para budak. Ledakan itu cukup keras didengar warga kota sekitarnya, termasuk oleh daegil dan orang-orang yang bertempur dengannya.
Pasukan yang tadinya akan membantu Chul woong langsung berbalik menuju kantor pemerintah. Chul Woong dan anak buahnya masih terkejut akan ledakan yang terjadi. Kesempatan itu langsung dipergunakan oleh Dae gil dan Tae ha untuk kabur, mereka lalu menyebar ke arah yang berbeda.

Pasukan tambahan datang membantu di kantor pemerintah. para budak termasuk Eopbok bergerak mundur. Salah satu orang temannya bahwa yang terluka karena ledakan tertangkap oleh polisi. Telah ada kesepakatan bahwa mereka akan membunuh teman yang tertangkap dan tak bisa lari. Eopbok dengan berat dan sangat terpaksa menembak temannya. Dia lalu lari sambil menangis, karena tak kuasa menahan beban hatinya.
Chop bok malam itu heran karena dia tidak berhasil menemui eopbok dan teman2 budaknya seperjuangannya. Chopbok tidak menemukan Eopbok malam itu, dia menangis (ini sepertinya malam terakhir chopbok di sana karena akan ditukar/dijual)

Dae Gil dan Song Tae Ha menyebar menghadapi anak buah chul woong. Episode ini ditutup  dengan adegan mengesankan. Lee Dae Gil dan Song Tae Ha berlari dari arah berlawanan menuju satu titik petemuan. Ke dua orang itu berlari sambil menyiapkan tinjunya masing-masing. Ketika akan sampai di satu titik mereka terbang melompat dan masing-mmasing langsung menghabisi anak buah chul woong yang ada di depannya. Mereka pun mendarat dan selesai dalam waktu bersamaan (kompak dan keren...)


< episode 21                                                        episode 23 >               

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment