Powered by Blogger.
RSS

Drama Review: Yama Nade dan potret sosial Jepang

Ini "lintasanku" yang ke 2 gara-gara nonton drama

Drama Yamato Nadeshiko Shichi Henge atau sering disebut YamaNade bisa saja memang mencerminkan kondisi sosial masyarakat Jepang. Memang itulah misi sebuah drama/tontonan menceritakan kondisi masyarakatnya dan mencoba memberikan alternatif solusi tanpa bermaksud menggurui.
Di luar cara penyampaiannya yang khas menghibur dan comical khas manga, baik sengaja atau tidak sengaja orang yang bukan orang jepang pun bisa mempelajari kondisi masyarakat jepang dari drama itu.

Hubungan Kyohei dan Sunako rasanya menggambarkan ciri hubungan perempuan dan laki-laki khas tradisional Jepang. Di mana laki-laki itu terlihat superior dan wanita itu hanya menuruti perkataan pasangannya. Walaupun hubungan cinta mereka sangat menarik untuk disimak dan menyentuh,  terlihat jelas prianya begitu leading di sini. Sunako bahkan juga memasak, bahkan rela melayani kebutuhan sehari-hari para penghuni kos termasuk Kyohei yang suka dilayani.

Gambaran lain yang kulihat jelas adalah orang Jepang itu cenderung mengutamakan penampilan luar. Di sini sang penulis begitu berusaha menjelaskan bahwa jangan menilai orang dari penampilan luarnya. Sampai-sampai rasanya diceritakan ada  orang yang menderita karena punya penampilan yang keren yaitu kyohei dan ada juga orang yang begitu menderita karena merasa penampilannya jelek yaitu Sunako. Walau gaya ceritanya terlalu berlebihan tapi dalam skala biasa orang takut berpenampilan buruk cenderung terjadi di Jepang.

Kasus lain yang dibahas di drama ini adalah Bullying. Sunako diceritakan begitu menderita di sekolahnya, dia sampai trauma gara-gara hal itu. Bullying sepertinya merupakan penyakit di sekolah jepang.Walau dalam skala kecil rasanya sangat mungkin hampir terjadi di semua sekolah.Cerita tentang bullying kita lihat muncul dari kartun doraemon sampai Drama Yamanade ini. Dari jaman dahulu sampai jaman sekarang tetap ada. Bullying rasanya tidak terjadi hanya di sekolah, tapi juga bisa di masyarakat atau bahkan di tempat kerja.

Kasus yang lebih menyedihkan adalah ibu rumah tangga yang depresi. Kasus ini lebih jelas di episode 8 dan 9. Kyohei merasa jadi anak terbuang, bukan semata-mata dia anak kurang ajar atau karena orang tuanya yang sengaja menjelekkan dia. Tapi karena ibunya ternyata menderita depresi.

Untunglah tidak ada kasus ingin bunuh diri di drama ini, karena angka bunuh diri juga termasuk tinggi di Jepang.

Kalau kebayang hal yang mengerikan, rasanya bersyukur kita tinggal di Indonesia. Semaju-majunya, semakmur-makmur negara, mereka punya masalahnya sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment