Powered by Blogger.
RSS

Ambisi dan Anakku

Siapa orang yang ingin maju yang tidak punya punya ambisi?
Karena aku perempuan, maka saya titik beratkan menjadi perempuan jaman kini mana yang tidak punya ambisi?
Perempuan jaman sekarang semakin terdidik. Di Indonesia kita patut bersyukur loh anak perempuan telah memperoleh kesempatan pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Tidak ada halangan dan batasan lagi bagi anak laki-laki dan perempuan.

Menurut KBBI ambisi diartikan sebagai keinginan yang besar untuk mencapai sesuatu atau melakukan sesuatu. Jadi bisa kita bayangkan bahwa ambisi itu merupakan salah satu dorongan seseorang untuk berprestasi dan mencapai keberhasilan yang diinginkan.

Bagi perempuan yang telah menyelesaikan pendidikan sarjana, kira-kira apa ambisi mereka? apa sama ambisi perempuan kini dengan dulu? Bisa jadi ambisi perempuan kini adalah meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan dan karir yang bagus, berwirausaha dan mungkin juga termasuk mendapat pasangan hidup yang sempurna baginya.

Kira-kira berapa persen perempuan yang baru lulus sarjana sekarang yang ambisinya hanya menikah, menjadi ibu rumah tangga biasa dan mengurus anak saja di rumah? Semakin kecilkah? bisa jadi begitu.

Hal ini juga kurasakan. bekerja dan  bisa bersekolah lagi adalah apa yang kucita-citakan dan ambisiku. AKu juga ingin menikah, berkeluarga dan ingin punya anak tapi ambisi pertamaku ingin kupegang terus dan jalani semuanya dengan peran ganda.

Akhirnya setelah sekian tahun bekerja, Tuhan memberiku jodoh.  Juga lahirlah anak kami yang juga proses mendapatkannya tidaklah sealami dan semudah pasangan kebanyakan.

Lalu apa yang terjadi pada ambisi. Ternyata seperti kata pepatah manusia boleh berkendak Tuhan lah yang menentukan.  Mungkin Tuhan tidak mengijinkanku mencapainya di usia pernikahan yang masih seumur jagung hingga beberapa tahun. Mungkin Tuhan cukup mengenal ku karena dulu aku orang yang pantang mundur hanya karena halangan kecil. Akhirnya Tuhan memberikan aku halangan yang yang cukup besar sehingga aku tidak ada pilihan lain, Anakku. Anak  yang dengan doa dan permohonan kuharapkan kehadirannya di keluarga kami.

Anakku sejak dalam kandungan “mengharuskanku” beristirahat dengan “tenang” dalam kamar.
Anakku sejak masa pertumbuhannya “mengharuskanku” selalu berada di sisinya.

Anakku, yang dulu membuatku mengeluh kepada kehidupan. Why me? Mengapa aku tidak bisa seperti perempuan lain.

But anakku, semakin dirimu tumbuh, dirimu juga yang membuatku tak tega meninggalkanmu. Your pure charm mengisyaratkan bahwa jika kau bisa memilih kau tentu memilih mama tetap bersamamu.

Anakku juga yang sampai sekarang membuatku terus berpikir apa yang salah dengan ambisiku. Apa ambisiku itu terlalu egois, tidak fleksibel dan terlalu memaksa? Apa cita-citaku itu bukan dikarenakan cita-cita yang tulus, cita-cita dengan niat yang mulia.

Anakku sekarang tak disadari semakin besar. Dan dia masih saja anak semata wayangku. Semakin besar semakin dia mandiri semakin membuatku takut bahwa dia tidak lagi bergantung sepenuhnya padaku. Semakin besar semakin takut kehilangan masa masa merasakan hangat pelukannya.

Anakku sampai sekarang mama masih mencari apa sebenarnya “reason” di balik ini semua.

Anakku, you ‘re getting taller & mama getting older. Rasanya biar mama menyingkirkan semua ambisi masa lalu mama, agar bisa terus menikmati banyak waktu bersamamu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment